Minggu, 17 April 2022

3.1.a.6. Refleksi Terbimbing-Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Salam sehat dan bahagia💪💪
Berikut adalah refleksi saya dalam mempelajari modul 3.1 Pengambilan Keputisan Sebagai Pemimpin Pembelajaran




Pertanyaan Pemantik Untuk Sesi Ini
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
"Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis"

Jawaban: 
Pendidikan adalah menuntun tumbuhnya bakat dan potensi murid untuk menjadi masyarakat seutuhnya dengan karakternya sendiri. Pendidikan merupakan perwujudan cipta, rasa dan karsa yang mengajarkan nilai-nilai kebajikan universal seperti bertanggung jawab, saling menghargai, tidak merendahkan orang lain. Nilai-nilai kebajikan universal mengajarkan tentang empati kepada kita, dan empati merupakan dasar etika. Untuk menumbuhkan bakat sang murid seorang guru menggunakan berbagai metode sesuai kebutuhan belajarnya. Inilah seni mendidik, seni melejitkan potensi murid secara utuh dengan kekuatan maupun kelemahannya untuk menjadi pribadi yang beretika. 

Dari 8 pertanyaan yang tersedia saya memilih empat pertanyaan berikut pada sesi refleksi

Soal 1. 
Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Jawaban
Ada dua konsep yang saya pelajari yaitu konsep dilema etika dan konsep bujukan moral. Dilema etika merupakan situasi dimana seseorang harus memilih 2 situasi yang sama-sama benar secara moral namun bertentangan.Sedangkan bujukan moral adalah situasi dimana seseorang harus memilih benar atau salah. Ketika kita dihadapkan pada dilema etika maka ada nilai-nilai kebajikan universal yang mendasari namun bertentangan, Nilai kebajikan universal yang mendasari seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, integritas, kejujuran, keadilan, rajin, komitmen, percaya diri dan masih banyak lagi.

4 Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika meliputii: 
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3 Prinsip penyelesaian dilema etika seperti dibawah ini
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) 
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat di lakukan.
1, Mengenali nilai-nilai yang bertentangan
2. Menentukan siapa yang erlibat
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
4. Pengujian benar atau salah meliputi uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi,dan  uji panutan
5. Pengujian paradigma benar melawan benar
6. Melakukan prinsip resolusi, dari 3 prinsip penyekesaian dilema  mana yang dipilh
7. Investigasi opsi Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan
 
Hal-hal yang terjadi di luar dugaan menurut saya adalah ketika kita melakukan 9 langkah pengujian  suatu kasus yang diduga dilema etika namun ketika dilakukan pengujian ternyata kasus bujukan moral.

Soal 2
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkan Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah apa bedanya dengan yang Anda pelajari di modul ini?

Jawaban
Pernah, seringkali dalam proses pembelajaran saya menemukan dilema dalam mengambil keputusan. Saat itu keputusan yang saya ambil berdasarkan efektifitas dan kebaikan untuk kedua belah pihak. Setelah mempalajari modul ini akhirnya saya memahami bahwa dalam mengambil keputusan diperlukan pertimbangan dan keputusan yang benar-banar matang agar kita tidak menyesal dengan keputusan tersebut. Ada 9 langkah pengujian yang kita lakukan untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Soal 3
Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
 
Jawaban
Sebelumnya keputusan yang saya ambil dengan mengidentifikasi masalah secara sederhana misalnya siapa yang terlibat dan awal permasalahan kemudian permasalahan saya putuskan. Setelah saya belajar modul ini, ternyata tidak sesederhana itu dalam mengambil keputusan. Ada paradigma dilema etika yang membantu mengelompokkan bahkan mempertajam fokus dilema yang kita hadapi benar-benar mempertentangkan 2 kebajikan yang sama-sama penting. Selain memprtimbangkan paradigma ada 3 prinsip dalam penyelesaian masalah serta diuji dengan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Setelah mempelajari modul pemikiran saya terbuka bahwa ada konsep 4-3-9 untuk memutuskan permasalahan dilema etika, 4 paradigma-3 prinsip-9 langkah pengujian.

Soal4
Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?

Jawaban
Yang bisa saya lakukan adalah menerapkan materi modul ini dimulai dari lingkungan terkecil seperti dalam pembelajaran di kelas ketika menemui kasus dilema etika. Selain itu melakukan pengimbasan materi di Komunitas Praktisi ataupun MGMP agar rekan sejawat mengetahu tentang materi yang luar biasa ini dan diharapkan menerapkan juga didalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Rabu, 02 Februari 2022

Penerapan Disiplin Positif Melalui Segitiga Restitusi

 

       Disiplin positif merupakan unsur utama dalam konsep budaya positif. Kata disiplin identik dengan kepatuhan. Kata disiplin jika dibawa dalam kegiatan pembelajaran, maka yang terbayang adalah murid patuh kepada tata aturan sekolah, patuh dengan tata aturan kelas, jika melanggar maka akan mendapat hukuman. Tetapi dalam artikel ini konsep disiplin positif yang dimaksud adalah membimbing murid menumbuhkan disiplin diri karena motivasi internal untuk mewujudkan murid yang merdeka. Jika tidak memiliki motivasi internal, maka diperlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal. Konsep ini selaras dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa disiplin diri diperlukan untuk menciptakan murid yang merdeka. Disiplin diri mampu membuat seseorang menggali kekuatan atau potensinya untuk suatu tujuan yang bermakna. Disiplin diri merupakan kemampuan mengontrol diri, menguasai diri serta menentukan sikap yang mengacu pada nilai yang kita hargai. Kita dapat melakukan disiplin diri kepada murid melalui segitiga restitusi, jika murid tersebut melakukan pelanggaran keyakinan kelas.

      Jika murid melakukan pelanggaran, apakah langkah kita? Siapa yang mengingatkan? Apakah mereka kita beri hukuman atau kita memaafkan saja? Contoh kasus, ketika melakukan pembelajaran praktik terdapat siswa menggunakan pakaian kerja tidak lengkap sesuai keyakinan kelas. Apakah siswa tersebut diperbolehkan praktik atau tidak? Selama ini kebiasaan kita adalah langsung memaafkan atau membuat mereka tidak nyaman. Perhatian kita cenderung pada kesalahan yang dilakukan daripada mencari cara bagi mereka untuk memperbaiki diri. Salah satu cara untuk memperbaiki diri agar terwujud disiplin diri dapat dilakukan melaui segitiga restitusi. Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004 dalam LMS Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif 2021).

       Melalui restitusi kita dapat membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, serta memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Restitusi membantu murid untuk jujur pada diri sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan. Restitusi memberikan penawaran bukan paksaan. Sangat penting bagi guru untuk menciptakan kondisi yang membuat murid bersedia menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi, dengan berkata, “Semua orang pasti pernah berbuat salah”, bukan mengatakan, “Kamu harus lakukan ini, kalau tidak maka…”.

       Terdapat tiga langkah dalam Segititiga Restitusi yaitu 1) menstabilkan identitas; 2) validasi tindakan yang salah; 3) menanyakan keyakinan. Langkah ini digambarkan dalam bentuk segitiga seperti Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Segitiga Restitusi

       Langkah pertama pada bagian dasar segitiga adalah menstabilkan identitas. Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi. Bagian dasar segitiga restitusi memiliki tujuan untuk merubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Kita harus mampu meyakinkan mereka dengan mengatakan kalimat seperti 1) tidak ada manusa yang sempurna; saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu. Ketika seseorang dalam kondisi emosional maka otak tidak akan mampu berpikir rasional, saat inilah kita menstabilkan identitas anak. Anak kita bantu untuk tenang dan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan.

       Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah. Konsep langkah kedua adalah kita harus memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak berbuat kesalahan. Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu (LMS Guru Penggerak, 2021). Ketika kita menolak anak yang berbuat salah, dia akan tetap dalam masalah. Yang diperlukan adalah kita memahami alasan melakukan hal tersebut sehingga anak merasa dipahami.

       Langkah ketiga yaitu menanyakan keyakinan. Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika langkah 1 dan Langkah 2 sukses dilakukan, maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Penting menanyakan ke anak  tentang kehidupan kedepan yang dia inginkan. Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya, guru dapat membantu mereka untuk tetap fokus pada gambarannya. Melalui segitiga restitusi kita dapat mewujudkan mereka menjadi murid yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.

Link Aksi Nyata Modul 1.4 Calon Guru Penggerak

https://drive.google.com/file/d/14jtiynCoDh3eKHJQcI-W0ItBPLLhzuNF/view?usp=sharing